Deflasi 5 Bulan Beruntun: Tanda Lemahnya Daya Beli atau Musiman?

6 days ago 6
StarJudi
WinJudi
StarJudi
WinJudi
StarJudi winjudi slot
winjudi
Terkuak Bagaimana Cara Pengemudi Ojek Online Mendapatkan Jutaan Setiap Harinya! Cuma Server Thailand yang Bisa Begini?
3 Racikan Super!! Inilah Kisah Pak Gito Supir Gocar yang Berhasil Merubah Nasibnya
Admin Kim Dari Server Thailand: Jangan Pernah Bosen Main di Mahjong Ways, Besok Pasti Menang, Kami Kasih Garansi! Cek Polanya Disini
Beginilah Nasib Pegawai PPSU Setelah Mendaftar di Server Thailand Main Receh Dapat Jepe Juataan
Cuma Disini Dapat Akun Server Thailand Garansi Tarif Murah, Yang Lebih Mahal? Banyak!
Epic Comeback Mahjong Ways Nekat Pakai Bet Gede Main Di Server Thailand
Main Slot Kakek Zeus Di Server Thailand Modal 30K Maxwin 2 Juta
Paling Viral! Server Thailand Kasih Bocoran Tarif Paling Murah, Ojek Online Kembali Berjaya?
Pola Mahjong Hari Ini ! Main Cuma 1 Menit Profit 5,6 Juta
Slot Vivoslot: Slot Online yang Pernah Berjaya Pada Masanya: Game Roma Apa Kabarnya? Bisa Demo?
Starlight Princess x1000: Cerita Sukses Master Jul yang Menang Ratusan Juta Karena Bermain PG Soft
Bagaimana Rahasia yang Terdapat Pada RTP Game Server Thailand yang Tinggi dan Apakah Akan Memunculkan Menang Paus untuk Keuntungan Maksimal?
Efek Samping Dari Bermain Mahjong Ways Tanpa Menggunakan Pola Gacor Terbaru: Bersiaplah Rungkad Jika Tanpa Pola!
Menggemparkan Admin Server Thailand: 3 Trik Menang Besar di Mahjong Ways yang Diviralkan oleh Bang Boro di Media Sosial
3 Shio Ini Akan Mendapatkan Rezeki yang Berlimpah, Cek Disini Cara Menang Besar di Sugar Rush
Penjual cabai di pasar terbesar Mardika Ambon, Maluku, Rabu (6/12/2023). Foto: kumparan

sosmed-whatsapp-green

kumparan Hadir di WhatsApp Channel

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia kembali mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan (mtm) pada September 2024. Ini melanjutkan tren deflasi yang telah terjadi selama lima bulan berturut-turut. Bahkan, kondisi tersebut mendekati kondisi saat krisis finansial 1999, saat itu Indonesia mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut.

Ekonom Senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengungkapkan deflasi merupakan indikasi kuat terjadinya pelemahan daya beli masyarakat.

"Deflasi ini merupakan indikasi kuat terjadinya pelemahan daya beli. Penurunan penjualan semen, penurunan penjualan mobil dan rumah, dan kenaikan kredit macet perbankan merupakan indikasi kuat," kata Wija kepada kumparan, Rabu (2/10).

Lebih lanjut, penurunan nilai tabungan di bank juga menunjukkan kekhawatiran masyarakat akan prospek ekonomi, yang berdampak pada pengurangan belanja. Kondisi ini diperparah dengan data Purchasing Managers' Index (PMI) yang terus berada di bawah angka 50, serta jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus meningkat.

"Produsen pun merasa pesimis dengan prospek bisnisnya. Saat konsumen dan produsen tidak optimis, penurunan ekonomi merupakan konsekuensi yang harus dihadapi," ungkapnya.

Ilustrasi pabrik tekstil. Foto: Getty Images

Meski begitu, Wija menegaskan bahwa situasi saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan krisis 1999. Adapun, pada 1999 Indonesia mengalami deflasi tujuh bulan beruntun usai terjadi krisis 1998.

"Situasi saat ini memang mengkhawatirkan, tetapi masih jauh jika dibandingkan dengan situasi 1999, saat itu rupiah kehilangan nilai, kredit macet perbankan menggunung, terjadi bank rush yang menyebabkan banyak bank collapse, dan ekonomi regional juga sedang bermasalah,” jelasnya.

Di sisi lain, Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalia Situmorang, mengungkapkan deflasi yang terjadi pada September 2024 ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor musiman. Ia menyebut bahwa penurunan kelompok pangan, khususnya volatile food, yang terjadi karena musim panen, merupakan salah satu faktor utama.

"Penyesuaian harga BBM subsidi oleh Pertamina pada September, setelah adanya kenaikan harga pada Agustus, juga memberikan kontribusi deflasi sebesar 0,04 persen," katanya.

Selain itu, Hosianna menambahkan bahwa pengaruh musiman lainnya datang dari biaya pendidikan, yang sudah berlalu setelah puncaknya pada awal tahun ajaran baru pada Juli-September.

"Jadi memang, seasonal di September itu polanya deflasi, nah di September ini ada tambahan faktor deflasi yaitu penurunan harga BBM dan pangan," ungkap dia.

Meski ada indikasi pelemahan daya beli, Hosianna optimis bahwa kinerja konsumsi mulai membaik sejak Juli 2024. Ia mencatat adanya peningkatan pada sektor otomotif dan barang-barang tahan lama (durable goods).

Selain itu, penerimaan pajak penghasilan (PPH) dan pajak pertambahan nilai (PPN) juga menunjukkan tren yang membaik hingga Agustus 2024.

...
Read Entire Article