38% Wilayah Korsel Jadi 'Gurun Kelahiran', Hanya Lahir Kurang dari 10 Bayi

5 days ago 5
Jakarta -

Lebih dari sepertiga wilayah di Korea Selatan mencatat kelahiran kurang dari 10 bayi sepanjang tahun lalu, menurut data statistik. Temuan ini menyoroti kesenjangan regional yang semakin dalam dalam hal kelahiran.

Menurut data dari Layanan Peninjauan dan Penilaian Asuransi Kesehatan, Korea Selatan mencatat 237.484 kelahiran di rumah sakit dan pusat bidan tahun lalu. Dari 251 kota, kabupaten, dan distrik, sebanyak 97 di antaranya atau 38,6 persen, mencatat kurang dari 10 kelahiran dalam setahun.

Fenomena 'Gurun Kelahiran' di Korea Selatan

Wilayah yang dijuluki "gurun kelahiran" ini mencakup daerah berpenduduk jarang hingga beberapa kota kecil. Di antaranya adalah Gwacheon, Dongducheon, dan Anseong di Provinsi Gyeonggi; Taebaek di Provinsi Gangwon; serta Gimje di Jeolla Utara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka yang rendah ini sering kali mencerminkan ketiadaan fasilitas bersalin, bukan karena tidak ada bayi yang lahir. Banyak calon ibu terpaksa melakukan perjalanan ke kota tetangga untuk melahirkan karena layanan kebidanan lokal tidak tersedia.

Data dari Statistik Korea menunjukkan, hanya dua wilayah yakni Kabupaten Yeongyang dan Kabupaten Ulleung di Provinsi Gyeongsang Utara yang mencatat kurang dari 50 bayi yang terdaftar sebagai penduduk. Ini berarti sebagian besar ibu yang tinggal di 95 wilayah lain melahirkan di daerah lain dan mendaftarkan kelahiran di wilayah tempat tinggal mereka.

Para ahli berpendapat, mempertahankan fasilitas persalinan di daerah seperti itu secara finansial sulit dipertahankan karena rendahnya jumlah pasien, bahkan dengan adanya subsidi pemerintah.

"Pemerintah memang telah lama mendukung daerah dengan infrastruktur bersalin yang lemah, tetapi jika jumlah persalinan tetap rendah, sulit bagi rumah sakit untuk terus beroperasi," ujar Yoon Seok-jun, seorang profesor dari Korea University College of Medicine kepada Korea Times.

Sebagai solusinya, ia menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada penguatan transportasi darurat dan membangun jaringan rujukan yang menghubungkan klinik lokal dengan rumah sakit yang lebih besar. Hal ini dinilai lebih efektif untuk memastikan perempuan dapat melahirkan dengan aman, alih-alih mencoba mempertahankan fasilitas yang tidak berkelanjutan.

Ironisnya, temuan ini muncul di tengah adanya kenaikan langka dalam jumlah kelahiran nasional. Statistik Korea melaporkan bahwa angka kelahiran naik secara tahunan selama 11 bulan berturut-turut hingga Mei, didorong oleh peningkatan pernikahan dan berbagai kebijakan pemerintah yang mendorong kelahiran.

Dari Januari hingga Mei, Korea Selatan mencatat 106.058 kelahiran, naik 6,9 persen dari periode yang sama tahun lalu. Angka ini menjadi tingkat pertumbuhan tercepat sejak pengumpulan data dimulai pada tahun 1981. Meski begitu, masalah kesenjangan regional tetap menjadi tantangan besar.

(kna/kna)


Read Entire Article