Cara Membangun Branding bagi UMKM, Ini Tipsnya

13 hours ago 2

Jakarta -

Membangun branding atau identitas merek di era digital memainkan peran penting agar usaha berkelanjutan dan dapat menyasar target pasar yang tepat. Untuk itu, pengusaha UMKM perlu memahami cara membangun branding yang tepat.

Co-founder & Director Sun Eater Group Kukuh Rizal mengatakan pertumbuhan lokapasar (e-Commerce) dan sosial media telah mengakselerasi banyak sektor menjadi lebih dinamis untuk menjawab kebutuhan konsumen.

"Dalam banyak proyek yang saya kerjakan, biasanya saya mulai dengan tiga hal penting yakni menentukan target pasar, marketing, dan branding," ujarnya pada sesi Ruang Karya pada ajang Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, Kukuh berpengalaman membangun branding di banyak sektor industri mulai dari FMCG, label musik hingga fashion. Kukuh kemudian membangun Sun Eater Group, sebuah label musik modern yang melahirkan ekosistem kreatif untuk mendukung karya generasi baru.

Adapun, Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025, yang diinisiasi PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), merupakan platform kolaboratif tahunan yang bertujuan memperkuat ekonomi rakyat. Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 diselenggarakan merayakan HUT-80 RI dan ulang tahun ke-112 Sampoerna.

Pada tahun ini, Sampoerna bersama pemangku kepentingan terkait berupaya meningkatkan kapabilitas SDM pengusaha UMKM agar lebih produktif, mandiri, dan berdaya saing yang sejalan dengan misi Asta Cita.

Kukuh menganalogikan membangun branding seperti perjalanan seorang pria yang ingin memiliki pacar. Dari banyak perempuan, hal pertama yang dilakukan ialah memetakan orang yang ingin didekati.

Jika semua didekati, maka tidak efektif, bahkan tidak ada yang tertarik. Hal itu sama dengan menentukan target market yang ingin disasar.

Selanjutnya, ialah membangun marketing yang efektif. Masih dari analogi, katanya, ada cewek yang nyaman diantarin ketika pulang sekolah, tapi ada juga yang suka diberi cokelat. Dengan kata lain, untuk membangun marketing yang efektif perlu mengenal kebutuhan konsumen.

Kukuh melanjutkan proses berikutnya ialah membangun branding. Membangun branding berarti menemukan alasan mengapa konsumen menyukai produk yang ditawarkan. "Kenapa cewek mau sama saya, apakah karena anak basket, atau pintar dan lainnya. Nah, itu branding. Jadi (branding) itu penting," paparnya.

Kukuh menuturkan untuk membangun branding yang tepat terdapat empat hal yang patut diperhatikan. Pertama, brand yang unik. Keunikan itu bukan hanya perihal perbedaan dengan kompetitor tetapi juga sesuatu yang spesial dari produk yang ditawarkan.

"Kalau ngomongin fashion, banyak yang unik. Mungkin konsumen sekarang suka yang oversize atau satu jahitan. Karena mereka sekarang ngomongin apa yang beda nih," paparnya.

Kedua, brand yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Fashion misalnya selalu punya siklus atau ada zaman di mana desain mengarah ke yang ukuran besar atau yang asimetris dan lainnya.

Ketiga, brand satisfied di mana produk kita memuaskan selera konsumen. Kukuh mencontohkan ada brand yang produk fashion-nya baju yang bolong-bolong tetapi harganya Rp2 juta sampai Rp3 juta.

Keempat, brand yang visioner karena merek tidak hanya untuk hari ini tetapi untuk jangka panjang. Untuk membangun brand yang visioner, butuh narasi atau cerita.

"Karena storytelling, terutama untuk anak muda, sangat penting. Contohnya di dunia musik. Hari ini dituntut bukan hanya membuat musik seperti zaman dulu, tapi juga public relation yang baik, caption media sosial yang keren, dan lainnya," tambahnya.

Khusus bagi UMKM yang memiliki kapasitas produksi kecil, Kukuh berharap mereka bisa membaca momentum dan membangun story telling yang kuat. Strategi itu, tambahnya, dipastikan bakal mempercepat pertumbuhan produk dan usaha.

Kukuh melanjutkan, berdasarkan pengalamannya, terdapat empat tahapan yang perlu dilalui dalam proses membangun branding. Pertama, merumuskan tujuan sesuai dengan keinginan pemilik dan kapabilitas perusahaan.

Kedua, mengidentifikasi pasar, termasuk kompetitor, dan ceruk yang belum digarap secara optimal. Ketiga, mengeksplorasi atau berupaya memahami tren dan budaya.

Terakhir, ialah kesiapan konsumen dan validasi. Secara berkala, pemilik produk perlu melakukan evaluasi bersama tim untuk mengkaji efektivitas produk dan brand.

"Kalau kami biasanya bikin mini FGD (focus group discussion) kualitatif dan kuantitatif untuk market research," tambahnya.

(fdl/fdl)

Read Entire Article