Fakta-fakta Kematian Diplomat ADP, 'Burnout' Mental hingga Temuan Mati Lemas

3 days ago 2
Jakarta -

Polda Metro Jaya baru-baru ini membeberkan teka-teki penyebab kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dengan kondisi wajah terlilit lakban di kos Menteng, Jakarta Pusat. Menurut hasil penyelidikan, korban diduga bunuh diri.

"Indikator daripada kematian daripada ADP ini mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).

Hasil tersebut didapatkan setelah melakukan rangkaian penyelidikan yang berlangsung nyaris sebulan. Penyidik Polda Metro Jaya juga melibatkan ahli dan pihak eksternal dalam proses ini. Berikut fakta-fakta hasil penemuan kasus kematian diplomat Kemlu ADP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Tak Ditemukan Racun di Tubuh ADP

Tim Subdirektorat Toksikologi Forensik Puslabfor Bareskrim Polri telah melakukan rangkaian pemeriksaan laboratorium terhadap bagian tubuh dan cairan tubuh diplomat muda almarhum ADP, pegawai Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang meninggal dunia di kosnya. Sampel tersebut diterima penyidik pada 10 Juli 2025.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya senyawa toksik dalam cairan dan organ tubuh, seperti obat-obatan, bahan kimia, pestisida, alkohol, hingga lainnya. Hasilnya, tidak ditemukan senyawa beracun seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol, maupun narkotika di seluruh organ dan cairan tubuh ADP.

Namun, dalam pemeriksaan lanjutan, ditemukan kandungan paracetamol dan chlorpheniramine pada sejumlah organ tubuh. Paracetamol terdeteksi di otak, ginjal, dan urine. Sementara klorfeniramin terdeteksi di empedu, limfa, hati, ginjal, lambung, darah, serta urine.

"Pada otak ditemukan atau terdeteksi paracetamol, empedu terdeteksi chlorpheniramine, limfa terdeteksi chlorpheniramine, hati terdeteksi chlorpheniramine, ginjal terdeteksi paracetamol dan klorfeniramin, lambung terdeteksi chlorpheniramine, darah terdeteksi chlorpheniramine, urine terdeteksi paracetamol dan chlorpheniramine," Puslabfor Bareskrim Polri, ⁠AKP Ade Laksono,dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Mengacu pada studi literatur dari farmakologi, Ade mengatakan chlorpheniramine (dikenal juga sebagai CTM) merupakan antihistamin yang lazim digunakan untuk meredakan gejala alergi seperti bersin dan hidung tersumbat, serta memiliki efek samping berupa kantuk.

Sementara paracetamol adalah obat yang berfungsi meredakan nyeri dan menurunkan demam.

"Kombinasi kedua zat tersebut umum ditemukan dalam obat flu dan demam yang dijual bebas di pasaran. Temuan ini menunjukkan adanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian," jelasnya lagi.

2. Mati Lemas karena Gangguan Pertukaran Oksigen

Selain hasil toksikologi, tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) juga mengungkapkan hasil autopsi terhadap jasad diplomat ADP. Hasil pemeriksaan menunjukkan ADP meninggal akibat mati lemas.

"Maka sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas," ucap dokter forensik RSCM dr Yoga Tohjiwa.

dr Yogi menjelaskan berdasarkan permintaan dari kepolisian dan izin keluarga korban, tim dokter forensik RSCM lalu melakukan autopsi tubuh korban pada 17.30 WIB. Saat diperiksa, ditemukan adanya luka terbuka dangkal dengan tepi tidak rata pada bibir bawah bagian dalam.

Kemudian terdapat luka-luka lecet pada pipi kanan dan leher yang terdiri dari satu buah lecet di pipi kanan dan ada lima buah luka lecet di bagian leher. Hasil pemeriksaan forensik juga menemukan memar di kelopak mata kiri, lengan atas, lengan bawah kanan dan luka di leher.

Tak hanya itu, Seluruh organ kemudian diambil sampel jaringan untuk uji toksikologi dan histopatologi. Melalui uji histopatologi, terkonfirmasi bahwa terdapat gambaran kekurangan oksigen akut.

Pada paru, ditemukan adanya perbendungan disertai pembengkakan, serta organ-organ dalam lainnya terdapat gambaran pelebaran pembuluh darah dan ekstravasasi sel darah merah atau keluarnya sel dari pembuluh-pembuluh darah.

"Selanjutnya kami temukan pada organ dalam pada kedua paru ditemukan adanya sembab paru atau pembengkakan paru serta pada seluruh organ-organ dalam kami temukan pelebaran pembuluh darah dan bintik-bintik perdarahan," katanya.

3. Indikasi Kesehatan Mental

Dari sisi psikologis, Asosiasi Psikologi Forensik Himpunan Psikologi Indonesia atau Apsifor Himpsi menemukan adanya riwayat e-mail berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring. Hasilnya, ditemukan bahwa korban berupaya mengakses layanan tersebut terakhir pada 2021.

"Terakhir kali dari data yang dihimpun tahun 2021, awalnya dari data yang dihimpun tahun 2013," ujar Ketua Umum Apsifor Nathanael Sumampouw.

Nathanael juga berbicara soal tugas korban yang berkaitan dengan penyelamatan WNI di luar negeri. Menurut dia, korban memikul tanggung jawab yang berat.

Dia menilai peran tersebut mampu memicu kelelahan kepedulian hingga stress. Hal itu, menurutnya, bisa memicu pada keputusan untuk mengakhiri hidup seseorang.

"Masa-masa akhir kehidupannya sebagai diplomat, almarhum bertugas melakukan perlindungan WNI, dia pekerja kemanusiaan, memikul berbagai tanggung jawab menjalankan tugas profesional dan peran humanistik sebagai pelindung, pendengar dan penyelamat," imbuhnya.

"Ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan trauma, dinamika psikologis itu kami temukan di masa akhir kehidupannya," lanjutnya.

Nathanael juga menegaskan psikologis seseorang tidak bisa disederhanakan. Menurut dia, perlu dipahami hasil interaksi dari berbagai faktor personal, profesional, sosial, dan struktural.

"Tidak ada faktor tunggal yang dapat menjelaskan kondisi psikologis almarhum yang negatif," jelasnya.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan, Polda Metro Jaya menyatakan ADP tewas tanpa ada keterlibatan orang lain. Sejumlah barang bukti mulai dari 20 titik CCTV hingga laptop korban sudah diamankan. Sebanyak 24 orang saksi, mulai istri korban hingga penjaga kos yang menemukan korban, juga sudah diperiksa.

"Belum menemukan adanya peristiwa pidana," ujar Wira.

Wira juga menepis informasi liar bahwa tangan dan kaki korban terikat saat ditemukan. Menurutnya, tangan dan kaki ADP tidak terikat saat ditemukan.

Simak Video "Video Survei: ChatGPT Berpeluang Jadi Medium Baru untuk Terapi Kesehatan Mental"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)


Read Entire Article