Kena Tarif Tinggi Trump, Negara-negara Afrika Diprediksi Berpaling ke China

11 hours ago 5

Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif resiprokal yang cukup tinggi untuk sejumlah negara di Benua Afrika. Kondisi ini disebut-sebut malah menguntungkan salah satu pesaing terbesar AS, yakni China.

Melansir CNN, Sabtu (2/8/2025), empat negara Afrika yakni Libya, Afrika Selatan, Aljazair, dan Tunisia dikenakan tarif terberat antara 25% hingga 30%. Kemudian 18 negara lain di benua Afrika dikenakan tarif resiprokal sebesar 15%, data tersebut dirilis oleh Gedung Putih pada Kamis (31/7) kemarin.

Pada April 2025 kemarin saat tarif impor AS pertama kali diumumkan, Trump mengatakan langkah itu sebagai 'timbal balik' atau balasan dengan target negara-negara yang menurutnya memiliki defisit perdagangan dengan AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun apa yang bisa menjadi krisis bagi Amerika malah dilihat sebagai peluang oleh China yang telah lama merayu negara-negara Afrika dan kini menawarkan mereka jalan keluar atas pengenaan tarif tersebut. Dalam hal ini Negeri Tirai Bambu menawarkan negara-negara Afrika dengan pembebasan biaya impor untuk hampir semua mitra Afrika-nya.

"Tidak ada peluang lain bagi negara-negara Afrika untuk memperkuat perdagangan Selatan-Selatan (antarnegara berkembang) selain sekarang," ujar peneliti Afrika Selatan, Neo Letswalo, kepada CNN.

"Amerika secara bertahap kehilangan status kepemimpinan globalnya," sambung Letswalo

Menurut Letswalo semakin banyak negara di dunia jadi kurang bergantung pada AS. Di saat yang bersamaan semakin besar peluang bagi China untuk menjadi alternatif.

Sebelum batas waktu tarif, AS tidak membuat kesepakatan perdagangan dengan negara Afrika mana pun meskipun ada upaya dari benua itu untuk menghindari tarif. Letswalo menggambarkan kegagalan Amerika untuk menegosiasikan kesepakatan dengan Afrika sebagai target terbuka bagi Tiongkok.

"Tarif akan menambah beban masalah yang sudah ada sebelumnya, dan jika entitas-entitas ini memutuskan untuk keluar dari Afrika Selatan, bencana pengangguran yang sudah ada akan semakin parah," terang Letswalo.

Meski begitu, Letswalo meyakini ada sejumlah risiko yang menyertai Benua Afrika di balik pilihan menarik untuk mengandalkan Beijing guna meredam dampak tarif Trump.

"Bergantian antara AS dan China bisa berisiko. Terutama bagi beberapa industri baru di negara-negara (Afrika)," ucapnya.

"Jika mereka tidak dilindungi, produk-produk China akan membanjiri dan mengalahkan mereka karena banyak negara Afrika merupakan pasar yang sensitif terhadap harga," terang Letswalo.

(igo/hns)

Read Entire Article