Kisah Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX

7 hours ago 7
Bandung -

Tahukah kamu, siapa Bapak Pramuka Indonesia? Jawabannya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, penguasa Jogja. Mari simak kisahnya:

Sri Sultan Hamengkubuwono IX memiliki peran yang tak tergantikan dalam organisasi kepramukaan Indonesia. Dia disebut sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Semua itu bermula pada zaman kolonial Belanda. Saat itu, gerakan kepanduan di Indonesia sudah ada seperti Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) yang berdiri pada tahun 1912.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pasca kemerdekaan, muncul kebutuhan mendesak untuk menyatukan berbagai organisasi kepanduan yang ada, menjadi satu wadah nasional yang kuat dan sesuai dengan jiwa bangsa.

Dalam konteks inilah, peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi sangat sentral. Pada tahun 1960, beliau diangkat sebagai Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan), sebuah posisi yang menunjukkan pengakuan atas kapasitas dan pengaruhnya dalam dunia kepanduan.

Setahun kemudian, pada 1961, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan empat tokoh penting, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, dan Achmadi.

Bersama-sama, mereka memiliki tugas monumental untuk mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Hasil kerja keras panitia ini kemudian melahirkan Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961, yang secara resmi menjadi landasan hukum pembentukan Gerakan Pramuka.

Menciptakan Kata Pramuka

Istilah "Pramuka" sendiri diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Kata itu memiliki makna yang mendalam. Kata ini diambil dari "Poromuko", yang berarti prajurit yang terdepan dalam suatu peperangan.

Namun kemudian, kata itu diinterpretasikan ulang menjadi Pramuka yang merupakan singkatan dari "Praja Muda Karana", yang berarti jiwa muda yang suka berkarya.

Dedikasi Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap Pramuka tidak berhenti pada pembentukan dasar hukum saja. Sultan Jogja itu kemudian menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selama periode yang sangat panjang, yaitu dari tahun 1961 hingga 1974.

Selama kepemimpinannya, Sri Sultan mempelopori berbagai kegiatan dan program yang menjadi fondasi bagi perkembangan Pramuka. Kegiatan itu antara lain :

Perkemahan Satya Dharma (1964)

Salah satu perkemahan besar yang menunjukkan semangat kebersamaan dan pengabdian.

Kegiatan Wirakarya (1968)

Merupakan perkemahan kerja pertama Pramuka Nasional, menekankan pada kontribusi nyata Pramuka untuk pembangunan masyarakat.

Pembentukan Tri Satya Pramuka dan Dasa Dharma Pramuka

Dua prinsip dasar dan moral yang menjadi pedoman perilaku setiap anggota Pramuka. Tri Satya (tiga janji) dan Dasa Dharma (sepuluh kebajikan) adalah inti dari pendidikan karakter dalam Pramuka, yang masih digunakan hingga saat ini.

Dinobatkan Jadi Bapak Pramuka Indonesia

Berkat jasa-jasanya yang tak terhingga, tidak heran jika Sri Sultan Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX wafat pada 2 Oktober 1988 di Washington DC, Amerika Serikat, pada usia 76 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. Makam Hamengkubuwono IX bisa dikunjungi wisatawan yang ingin berziarah ke sana.

Untuk mengenang dan menghormati dedikasinya yang tak lekang oleh waktu terhadap gerakan Pramuka, tanggal 12 April, yang merupakan hari kelahiran Sri Sultan Hamengkubuwono IX, diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.

Ini adalah bukti nyata bahwa warisan Sultan Jogja akan terus hidup dan menginspirasi generasi-generasi Pramuka selanjutnya.

-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.

Simak Video "Video: Abdul Mu'ti Sebut Manfaat Pramuka Bangun Jiwa Kepemimpinan"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)


Read Entire Article