Kisah Pilu Orang Tua-Anak Korban Banjir dan Longsor Sumatera

20 hours ago 7
Suasana pusat Kota Kuala Simpang yang luluh lantak akibat banjir bandang di Aceh Tamiang, Aceh, Sabtu (6/12/2025). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO

Banjir bandang dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, bukan hanya menyapu rumah dan jalan, tetapi juga merenggut nyawa—meninggalkan cerita pilu bagi para korban.

Di balik angka-angka korban yang terus bertambah, ada wajah-wajah yang hilang, ada harapan yang retak, dan ada keluarga yang kini harus belajar berdiri kembali dari nol.

Bayi Fathan: Satu-Satunya yang Selamat dari 7 Anggota Keluarga

Dari Nagari Salareh Aia, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sebuah kisah memilukan mencuat. Seorang bayi bernama Fathan ditemukan dalam keadaan setengah tubuh terkubur lumpur, tersangkut di sebuah pohon. Saat ditemukan, tubuhnya kaku dan ia tidak menangis.

Ayah dan ibunya telah meninggal dunia. Enam anggota keluarganya lainnya pun tak selamat. Fathan menjadi satu-satunya yang bertahan.

Tim medis Biddokkes Polda Riau langsung memeriksa kesehatannya. Meski penuh luka lecet, Fathan dinyatakan stabil. Di tengah kehancuran, hidup kecil ini masih diberi kesempatan.

Suherman: Bertahan di Tengah Lumpur, Menunggu Kabar Istri Tercinta

Di tempat yang sama, kisah lain juga tak kalah memilukan. Suherman (35), seorang ayah tiga anak, baru saja selesai makan bersama keluarga saat air bah tiba-tiba datang menghantam rumah mereka, Kamis (27/11) sore.

Dalam hitungan detik, ia dan seluruh keluarganya terseret arus. Suherman mencoba menyelamatkan diri sambil mencari anak-anaknya, namun banjir bandang terlalu cepat. Ia tersangkut di batang pohon, setengah tubuh tertimbun lumpur, dan berhasil menyelamatkan diri pukul 23.00 WIB.

Suherman (35). Foto: Dok. Bakom RI

Keesokan harinya, jasad kedua anaknya—Revan dan Aisyah—ditemukan. Lima hari kemudian, jasad anak ketiganya, Azzura (11 bulan), menyusul ditemukan beberapa kilometer dari rumah.

Kini, Suherman hanya memiliki satu harapan: menemukan istrinya, Jurnayni, yang hingga kini masih hilang.

Di tengah tubuh yang lelah dan hati yang hancur, ia tetap menunggu kabar apa pun yang bisa membuatnya pulang dengan sedikit kelegaan.

Divan (21): Berkorban Demi Ayah yang Sakit Stroke

Tim SAR gabungan mencari keberadaan jasad Divan, korban longsoran tebing Bukit Aek Matauli yang berdampingan dengan Perumahan Pandan Permai, Sibuluan Indah, Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Sabtu (6/12/2025). Foto: M Riezko Bima Elko P/Antara

Dari Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, cerita lain mengoyak hati warga setempat. Divan Simangunsong, 21 tahun, sempat menyelamatkan diri bersama keluarganya saat longsor pertama menghantam.

Namun begitu keluarganya aman, Divan kembali ke rumah untuk mengambil perlengkapan ayahnya yang sakit stroke. Longsor susulan datang lebih besar, menguburnya bersama sisa rumah mereka.

Tim SAR gabungan mencari keberadaan jasad Divan, korban longsoran tebing Bukit Aek Matauli yang berdampingan dengan Perumahan Pandan Permai, Sibuluan Indah, Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Sabtu (6/12/2025). Foto: M Ri...
Read Entire Article