Makin Banyak Gen Z Ngeluh Nyeri Lutut, Inikah Pemicunya?

3 days ago 24
Jakarta -

Nyeri lutut kerap identik dengan proses penuaan yang dialami seseorang. Namun, tren nyeri lutut ini sudah banyak dikeluhkan oleh anak-anak muda dan di usia 30-an dan 40-an. Apa penyebabnya?

Diduga ada dua faktor utama yang menjadi pemicunya, yakni gaya hidup high-impact exercise (olahraga intensitas tinggi) dan peningkatan indeks massa tubuh (IMT). Gabungan dari beban berlebihan akibat obesitas dan tekanan repetitif dari olahraga tertentu memicu sendi lutut bekerja lebih dari kapasitasnya. Akibatnya, kondisi itu bisa mempercepat kerusakan pada sendi.

Fakta ini diperkuat oleh data dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat (HHS) yang mencengangkan, antara tahun 2000 dan 2017. Terjadi peningkatan 240 persen pada jumlah pasien rawat inap berusia 45-64 tahun yang menjalani operasi lutut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus pada Usia Muda

Kerusakan sendi lutut kerap tidak menunjukkan gejala dan sudah bisa dimulai sejak dini. Sebuah studi baru dalam jurnal Osteoarthritis and Cartilage mengungkapkan bahwa perubahan struktural pada lutut sudah umum ditemukan pada orang usia 30 tahun.

Penelitian ini dilakukan oleh Oulu University, Finlandia, pada 297 peserta. Mereka menemukan adanya tanda kerusakan sendi pada lebih dari separuh partisipan.

Kebanyakan dari mereka bahkan tidak merasakan gejala apapun. Kerusakan yang teridentifikasi berupa cacat tulang rawan artikular yang masih ringan. Itu merupakan cedera atau kerusakan tulang rawan halus, yang sebagian besar terletak di antara tempurung lutut (patella) dan tulang paha (femur).

Kerusakan yang sama juga ditemukan pada sendi antara tulang kering dan paha pada seperempat kelompok. Pertumbuhan abnormal pada tulang kecil ditemukan pada lebih dari separuh peserta.

Dari hasil ini, para peneliti menyimpulkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) yang tinggi menjadi faktor utama terkait dengan kerusakan lutut ini.

"Bagi pasien obesitas dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, hal ini memberikan beban yang lebih berat pada persendian mereka," terang dokter bedah ortopedi Dr Ran Schwarzkopf, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Ketika kita obesitas, berarti ada beban yang lebih besar terus-menerus pada lutut, sehingga menyebabkan lebih banyak keausan pada sendi," sambungnya yang dikutip dari Fox News Digital.

Menurut Dr Schwarzkopf, aktif dalam kegiatan olahraga di sekolah menengah dan perguruan tinggi juga meningkatkan risiko cedera. Terutama yang melibatkan lutut pada gen z atau orang dewasa muda.

Meski cedera ditangani dengan pembedahan atau non-pembedahan, beberapa bagian lutut, seperti tulang rawan, tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Hal ini menyebabkan efek jangka panjang.

Untuk menghindarinya, berikut tips yang diberikan oleh Dr Schwarzkopf:

  1. Menjaga berat badan sangat diperlukan. Sebab, setiap kelebihan berat badan memberikan beban tambahan yang signifikan pada lutut.
  2. Menguatkan otot di sekitar lutut juga disarankan, terutama otot paha belakang dan paha depan. Ini berfungsi untuk membantu menopang lutut.
  3. Cobalah untuk mengurangi waktu duduk, terutama bagi orang yang bekerja di kantor dan jarang bergerak selama berjam-jam. Ambil jeda untuk berdiri, meregangkan tubuh, dan berjalan-jalan agar sirkulasi darah lebih lancar.

(sao/naf)


Read Entire Article