Orang yang Hidup Sampai Usia 100 Ternyata Punya 'Kekuatan Super', Ini Studinya

5 days ago 6
Jakarta -

Manusia yang bisa hidup 100 tahun atau lebih hanyalah menjadi bagian kecil populasi dunia. Penelitian terbaru menemukan satu faktor yang mungkin menjadi kunci panjang umur para centenarian (orang yang hidup lebih dari 100 tahun). Salah satunya adalah 'kekuatan super' tubuh mereka yang mampu menghindari penyakit.

"Tim riset kami menemukan bahwa orang yang hidup hingga 100 tahun tampaknya memiliki kemampuan luar biasa untuk menghindari penyakit," kata associate professor epidemiologi dari Karolinska Institute Swedia, Karin Modig, dikutip dari Science Alert, Senin (11/8/2025).

Dalam dua studi terbaru, mereka menganalisis dan membandingkan orang-orang berumur panjang dan berumur pendek yang lahir di tahun sama. Dua studi itu menunjukkan centenarian mengidap penyakit lebih sedikit dan mengembangkan penyakit lebih lambat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi pertama melibatkan 170.787 orang yang lahir di Stockholm County, Swedia antara 1912 dan 1922. Menggunakan data historis, peneliti mengikuti riwayat hidup mereka selama 40, mulai dari usia 60 hingga kematian atau sampai usia 100 tahun.

"Misalnya, pada usia 85, hanya 4 persen dari mereka yang menjadi centenarian yang pernah mengalami stroke. Sebagai perbandingan, sekitar 10 persen dari mereka yang hampir menjadi centenarian (hidup sampai usia 90-99), pernah mengalami stroke sampai usia 85," jelas Modig.

"Pada usia 100 tahun, 12,5 persen centenarian pernah mengalami serangan jantung, dibandingkan dengan lebih dari 24 persen di antara orang yang hidup antara usia 80 dan 89," sambungnya.

Pada studi kedua, ahli melakukan eksplorasi penelitian untuk melihat kemampuan centenarian menghindari proses berkembangnya penyakit serius. Peneliti mengamati 40 kondisi medis berbeda yang lebih bervariasi dari ringan sampai berat, seperti hipertensi, gagal jantung, diabetes, dan serangan jantung.

Pada studi kedua, Modig dan timnya mengamati 274.108 orang yang lahir antara 1920-1922 di Swedia. Mereka mengikuti data historisnya hingga 30 tahun, mulai dari usia 70 tahun hingga meninggal atau sampai berusia 100 tahun. Dari keseluruhannya, 'hanya' 1,5 persen atau 4.330 orang yang akhirnya menjadi centenarian.

Menurut peneliti hasilnya serupa dengan studi pertama, centenarian mengembangkan penyakit lebih lebih sedikit dan kecepatan akumulasi penyakit juga lebih lambat sepanjang hidup.

"Kami juga menemukan bahwa centenarian lebih mungkin memiliki kondisi yang terbatas pada satu sistem organ saja. Ini merupakan tanda kesehatan dan ketahanan kelompok ini, karena penyakit yang memengaruhi satu sistem organ lebih mudah diobati dan dikelola dalam jangka panjang," ujar Modig.

Sebagai contoh, meskipun penyakit kardiovaskular merupakan diagnosis paling umum di semua kelompok usia, centenarian secara keseluruhan lebih jarang didiagnosis dibandingkan orang yang berumur lebih pendek.

Centenarian juga menunjukkan ketahanan yang lebih besar terhadap kondisi neuropsikiatri, seperti depresi dan demensia. Meski sebagian besar centenarian akhirnya mengalami masalah kesehatan, biasanya ini terjadi jauh lebih lambat dibandingkan non-centenarian.

"Hal ini disebabkan oleh jumlah penyakit yang lebih sedikit dan laju akumulasi penyakit yang lebih lambat," tandasnya.

(avk/kna)


Read Entire Article