“Tergantung persentasenya, E10, E20 nggak masalah. Karena sudah dirancang untuk itu, mereka sudah sesuaikan,” buka Iman saat dijumpai di Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Akan tetapi, ia pun mewanti-wanti bahwa tidak semua mobil lansiran tahun 2000 punya kapabilitas adopsi bensin bioetanol. Sebab, tergantung dari spesifikasi mesin dan ketahanan komponen terhadap kandungan etanol.
“Tahun 2000 juga belum tentu semua bisa, ada yang bisa, ada yang nggak. Kalau yang nggak bisa, terutama dari material seperti seal-seal dan gasket. (Mobil keluaran) 2000 ke bawah kemungkinannya masih macam-macam,” jelasnya.
Kendati demikian, kekhawatiran tersebut bisa diminimalisir dengan melakukan penyesuaian pada komponen mesin, terutama di sektor pembakaran internal.
“Sebenarnya kalau ada masalah pun tinggal diganti gasket-nya dan diatur pengapiannya. Karena kalau seal-nya nggak sesuai nantinya bocor, terus kalau pengapian ga disesuaikan maka pembakarannya nggak betul,” jelasnya.
Adapun salah satu alasan dibalik keperluan melakukan penyesuaian pengapian, pembakaran, serta sejumlah komponen lantaran oktan bioetanol yang terbilang tinggi. Menurutnya, etanol bisa mencapai nilai oktan RON 105, bahkan tembus 108 hingga 113.
“Dia (etanol) RON-nya kalau nggak salah bisa 105, jadi bisa untuk menaikkan (oktan BBM) cukup signifikan,” sambungnya.
“(Etanol) untuk otomotif ada nilai oktan setara dengan RON 108-113. Memiliki titik didih 78 derajat celcius, bersifat lebih mudah menguap dibandingkan air,” imbuh peneliti Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Ronny Purwandhy di kesempatan serupa.
Bioetanol sendiri merupakan bahan bakar hayati berupa alkohol yang diproduksi dari fermentasi biomassa kaya karbohidrat dan gula, seperti tebu, jagung, atau singkong. Menurut Ronny, etanol menjadi energi terbarukan lantaran bisa diproduksi kembali.
Ketika etanol digunakan untuk bahan bakar kendaraan, maka akan berubah menjadi karbon dioksida (CO2). Kemudian CO2 tersebut bisa diserap oleh tanaman yang nantinya akan diolah kembali menjadi etanol. Sehingga, bisa dikatakan bioetanol tidak menghasilkan penambahan emisi CO2 di lingkungan.