Pentingnya Komunikasi Terapeutik dalam Kesehatan, Ketahui Bentuk dan Tahapannya

9 hours ago 6

Jakarta -

Komunikasi menjadi aspek penting yang harus dimiliki perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. Sebagai petugas yang selalu berhubungan dengan pasien, perawat harus memiliki banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien.

Komunikasi terapeutik menjadi keterampilan penting yang digunakan untuk membangun hubungan kepercayaan antara tenaga kesehatan dan pasien. Begitu penting, komunikasi terapeutik bisa memengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Apa Itu Komunikasi Terapeutik?

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi profesional bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Dikutip dari karya ilmiah pada laman repository Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yayasan RS Dr Soetomo, komunikasi ini harus direncanakan, dipertimbangkan, dan dilaksanakan oleh seorang perawat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya kepada klien, sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberi kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Sementara itu, dikutip dari karya ilmiah laman repository Poltekkes Yogyakarta, komunikasi terapeuik juga bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengkaji masalah, mengungkapkan perasaan, dan mengevaluasi tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.

Bentuk-bentuk Komunikasi Terapeutik

Ada tiga bentuk komunikasi terapeutik, yaitu komunikasi verbal, komunikasi tertulis, dan komunikasi non verbal. Berikut perbedaannya.

1. Komunikasi Verbal

Pertukaraan informasi secara verbal, terutama pembicaraan dengan tatap muka adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Sebab, kata-kata adalah alat atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi, dan ingatan.

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam kegiatan bisnis, tapi juga dilakukan dalam layanan terapeutik dokter dan paramedis terhadap pasien. Misalnya, penulisan nama obat, memo atau penulisan surat, keterangan tentang penyakit, dan lain sebagainya.

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada kegiatan komunikasi tulisan adalah pesan yang ditulis memenuhi persyaratan seperti, lengkap, ringkas, konkrit, jelas, sopan, dan benar.

3. Komunikasi Non verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal tanpa kata-kata. Di dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, seorang dokter dan paramedis atau perawat perlu menyadari bahwa pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan kepada pasien, baik saat tahap awal, saat pengkajian, maupun tahap evaluasi akan berpengaruh kepada kepuasan dan perilaku pasien.

Tahapan atau Fase dalam Komunikasi Terapeutik

Ada tiga tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan dokter dan paramedis kepada pasien, menurut ahli teori keperawatan Hildegard Peplau:

1. Fase Orientasi atau Perkenalan

Tahap perkenalan atau fase orientasi bertujuan untuk melakukan validasi keakuratan data pasien dan rencana yang sudah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat berjumpa atau terkini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu atau tindakan sebelumnya.

Pada fase ini, hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi masih bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok, yaitu

  • Testing (percobaan untuk saling berkenalan)
  • Building trust (membangun kepercayaan)
  • Identification of problems and goals (identifikasi permasalahan, menetapkan tujuan)
  • Clarification of roles (mengklarifikasi peran)
  • Contract formation (membuat perjanjian atau kontrak perawatan)

2. Fase Kerja

Fase ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik dan merupakan tahapan terpanjang. Dalam tahap ini, dokter dan perawat diwajibkan untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya, kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan nonverbal yang disampaikan pasien.

Dalam tahapan ini, dokter dan perawat juga akan mendengarkan secara aktif dengan penuh perhatian, sehingga mampu membantu pasien mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi, mencari penyelesaian masalah, dan mengevaluasinya. Pada fase ini, perawat dituntut untuk bekerja keras dalam memenuhi tujuan yang telah ditetapkan di fase orientasi.

3. Fase Terminasi (Akhir pertemuan)

Fase terminasi adalah akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien, setelah ini perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai kontrak yang disepakati.

Sementara, terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan. Dalam fase ini, perawat mendorong pasien agar memberi penilaian atas tujuan yang telah dicapai. Agar, tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan.


(elk/naf)

Read Entire Article