Pertamina Mulai Jajaki Penjualan BBM dari Minyak Jelantah

11 hours ago 2

Cilacap -

Bahan Bakar Minyak (BBM) pesawat ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) mulai digunakan sebagai bensin penerbangan maskapai Pelita Air. Penggunaan SAF ini dilakukan khusus penerbangan rute Jakarta-Denpasar dan sebaliknya, pada 20 Agustus kemarin.

SAF merupakan avtur yang berbahan baku minyak jelantah. Bahan baku ini diperoleh dari masyarakat yang menyetorkan minyak jelantahnya ke ucollect box atau tempat penyetoran limbah minyak menjadi saldo rupiah di berbagai kota di Indonesia.

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Mochamad Iriawan, menjelaskan SAF saat ini diproduksi oleh Kilang Pertamina RU IV Cilacap. Ia menyebut, Pertamina tengah berdiskusi untuk penjualan SAF ke maskapai domestik dan internasional lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Insyaallah ada beberapa maskapai perebangan sudah berkomunikasi dengan Dirut Pelita Air, Insyaallah mungkin bisa Garuda nanti dan perebangan lainnya. Yang jelas sudah dibuktikan kemarin perebangan perdana, ke Denpasar kembali (Jakarta), aman, lancar semuanya," ungkapnya kepada wartawan di Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025).

Pria yang akrab di sapa Iwan Bule ini menyebut, SAF yang diproduksi Pertamina adalah yang pertama di Asia Tenggara. Secara harga, ia menilai SAF milik RI ini cukup kompetitif dan diyakini akan dilirik oleh negara-negara lain.

"Jadi untuk bisa menjajaki akan ekspor pasti kalau sudah melihat hasil daripada sub kita, pasti negara lain akan melirik ke kita. Dan tentunya harganya nanti harus bersaing dengan produk-produk yang lainnya. Yang jelas di ASEAN ini kita yang pertama ya," ungkapnya.

Untuk diketahui, Kilang Pertamina RU IV Cilacap memiliki kapasitas produksi SAF terbesar di Indonesia. Kilang ini mampu memproduksi SAF hingga 8.700 barel per day.

VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, pihaknya masih mengandalkan minyak jelantah yang dikutarkan oleh masyarakat. Minyak jelantah ini dihargai Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per liter.

Ke depan, Fajar juga menyebut, Pertamina membidik pasar ekspor untuk SAF. Karenanya, produksi SAF ini dilakukan di kilang yang memiliki kesiapan.

"Jadi targetnya tentu tadi selain untuk maskapai kita sendiri, kita juga targetnya untuk ekspor. Jadi makanya kita pilih kilang-kilang yang secara teknis memiliki kesiapan. Salah satunya di Cilacap, karena untuk logistiknya juga supaya dekat ke bandara-bandara internasional," jelas Fajar.

Diketahui, Kilang Pertamina RU IV Cilacap tercatat sebagai unit pengolahan terbesar di Indonesia dengan Nelson Complexity Index (NCI) 7,4% serta menjadi produsen avtur utama nasional. Kilang ini memproduksi berbagai macam jenis Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan kontribusi besar untuk produksi Pertamina.

Kilang ini menyumbang 33,2% kapasitas produksi Pertamina, setara 348 MBPOD. Kilang ini di dukung oleh lebih dari 1.384 pekerja dan 945 tenaga kerja jasa penunjang.

(hns/hns)

Read Entire Article