Berdasarkan pantauan kumparan pada Senin (1/9) sore pukul 15:30 WIB, situasi kawasan sudah terpantau kondusif dan lalu lintas bisa berjalan dengan lancar. Ismail (61), salah seorang pemilik lapak buku yang sudah berjualan sejak 1975 di Kwitang mengaku sempat menutup lapaknya karena situasi di sekitarnya sudah memanas pada Jumat (29/8) lalu.
“Jumat, setelah selesai Jumatan, jam 1 lah ya, gelombang massa sudah mulai berdatangan. Yaudah bapak pulang dan ini tutup (toko),” kata Ismail kepada kumparan.
Meski aksi demo dan tindakan brutal polisi membuat sekitar Kwitang mencekam, Ismail hanya menutup tokonya selama dua hari. Sejak Minggu (31/8), dia sudah memberanikan diri untuk membuka tokonya kembali walau tidak sehari penuh.
Hari ini Ismail sudah mulai berjualan karena merasa suasana lebih aman. Meski begitu, jualannya hari ini masih sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang datang. "Ya, satu, dua (pengunjung) anak-anak sekolah,” ujarnya.
Selain Ismail, kumparan juga menghampiri Toko Buku Restu yang juga masih berada di Kwitang. Aldi (40) yang sudah berjualan buku sejak tahun 1990-an di sana, bercerita tokonya sempat tutup tiga hari. Bukan cuma rugi karena tak ada pemasukan, properti tokonya juga dirusak.
“Itu bangku-bangku di depan dicopot, kayu-kayunya dibakar, tanaman juga dihancurkan. Terus rolling door dicoret-coret,” cerita Aldi.
Meski mendukung kegelisahan dan protes para pendemo kepada DPR, dia tak mau ada tindakan anarkis hingga merusak barang-barang di sekitar tokonya. Perusakan itu hanya membuat rakyat kecil seperti dirinya juga rugi dan kesusahan. Apalagi selama tiga hari terakhir Aldi terpaksa merogoh tabungannya untuk hidup.
Hari ini tokonya masih sepi. Dia berharap Jakarta segera pulih, jadi tempat jualannya ramai kembali.
"Anak-anak sekolah juga pada PJJ (pembelajaran jarak jauh). Jadi kita mengejar rezeki, kita buka aja,” kata Aldi.
Warung Bakmi dan Es Krim Baltic yang Sudah Mulai Buka
Selain toko buku, kumparan juga mendekati t...