Presiden China Xi Jinping mengunjungi Tibet untuk yang kedua kalinya dalam masa kepemimpinannya. Dia yang didampingi Wang Huning dan Cai Qi, pemimpin partai peringkat keempat dan kelima, tiba di ibu kota Tibet, Lhasa, pada Rabu (20/8) waktu setempat untuk memperingati 60 tahun berdirinya Tibet sebagai wilayah otonomi.
Dikutip dari Reuters, Partai Komunis China yang berkuasa mendirikan Daerah Otonomi Tibet pada 1965, tepatnya 6 tahun setelah Dalai Lama ke-14 melarikan diri ke India karena pemberontakan yang gagal. Tibet adalah daerah otonomi terakhir yang didirikan setelah Inner Mongolia, Xinjiang, Guangxi, dan Ningxia.
Pembentukan Daerah Otonomi Tibet bertujuan untuk memberikan ruang bagi kelompok etnis minoritas setempat seperti Tibet dapat menyuarakan suaranya dalam berbagai kebijakan, khususnya terkait kebebasan beragama. Namun, kelompok HAM internasional dan para eksil sering mengkritik kepemimpinan China di Tibet represif. Namun, tuduhan itu sering dibantah oleh China.
Xi pertama kali mengunjungi Tibet pada Juli 2021. Saat itu, dia mendesak warga Tibet untuk mengikuti partai. Kunjungan Xi saat itu dinilai sebagai sinyal keyakinan Partai Komunis China bahwa ketertiban akhirnya ditegakkan di Tibet yang punya sejarah panjang memprotes pemerintahan China.
Dalam periode singkat setelah Olimpiade Beijing 2008, Tibet kembali jadi sorotan ketika para biksu dan biarawati menggelar aksi protes yang diikuti dengan aksi bakar diri.
Sebelum Xi mengunjungi Tibet pada 2021, pemimpin terakhir China yang mengunjungi Tibet adalah Jiang Zemin pada 1990.
Tak hanya itu, Tibet merupakan wilayah yang sangat strategis bagi China karena berbatasan dengan India. Pasukan kedua negara sering bentrok selama bertahun-tahun.
Yang menarik, kunjungan Xi ke Tibet bertepatan dengan kunjungan Menlu Wang Yi ke India. Baik China dan India berjanji untuk membangun kembali hubungan yang rusak akibat pertempuran perbatasan yang mematikan pada 2020 lalu.