Batasan Curhat ke ChatGPT, Psikolog Wanti-wanti Tanda Sudah Nggak Normal

2 days ago 3

Jakarta -

Berbincang dengan chatbot artificial intelligence (AI) seperti dengan ChatGPT kini menjadi tren yang besar di kalangan anak muda. Tak sedikit orang bahkan sampai curhat masalah sehari-hari dengan chatbot.

Sebenarnya sehat nggak sih kebiasaan ini? Menurut psikolog klinis Ghina Sakinah Safari, chatbot AI bisa memang bisa dijadikan alat bantu, tapi ada batasan yang perlu diperhatikan. Ia menuturkan curhat dengan chatbot masih dikatakan sehat jika hanya digunakan sebagai media eksplorasi awal sebelum mencari bantuan profesional.

"Selain itu, juga masih sehat jika sekedar menjadi alat bantu berpikir, menulis jurnal, atau memahami emosi," kata Ghina ketika dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Normal atau tidaknya curhat dengan chatbot menurut Ghina berkaitan erat dengan frekuensi dan tujuan. Jika seseorang mulai terlalu nyaman berbincang dengan AI, dibanding manusia seperti keluarga atau terapis, maka ini bisa menjadi tanda keterisolasian emosional. Ini bisa menjadi 'tanda bahaya' awal menurut Ghina.

Selain itu, curhat dengan chatbot juga bisa dikatakan tidak sehat bila seseorang mulai menghindari interaksi manusia dan hanya mengandalkan chatbot AI untuk dukungan emosional.

"Ini mulai tidak sehat juga jika seseorang mengalami distress emosional jika tidak mendapatkan respons dari bot. Selain itu, tanda lain adalah mengalami ilusi relasi, seperti merasa bot adalah teman sejati dan satu-satunya yang memahami," ujar Ghina.

Ghina mengingatkan chatbot AI tidak bisa menggantikan peran manusia dalam hal komunikasi. Terlebih jika ini berkaitan dengan masalah kesehatan mental, diagnosis dan terapi tetap harus dilakukan oleh profesional psikologi.

Informasi yang diberi oleh chatbot mungkin bisa tidak akurat dan menyesatkan. Ini tentu membahayakan jika seseorang memang memiliki masalah dengan kesehatan mental.

"ChatGPT sendiri tidak menyimpan informasi pengguna secara personal, tapi tetap penting untuk tidak membagikan data pribadi sensitif," tandasnya.


(avk/kna)

Read Entire Article