Peneliti Temukan Vaksin untuk Semua Jenis Kanker, Bakal Diuji Coba ke Manusia

1 day ago 4
Jakarta -

Peneliti saat ini tengah mengembangkan vaksin untuk semua jenis kanker dan akan segera diujicobakan ke manusia. Menurut studi pada hewan, vaksin kanker universal ini membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh melawan tumor dan memperkuat efek terapi kanker yang sudah ada.

Mirip seperti vaksin untuk infeksi virus seperti flu, vaksin kanker dirancang untuk membantu sistem imun mengenali protein tertentu. Namun, sedikit berbeda dengan vaksin yang bertujuan mencegah penyakit, vaksin kanker ini dikembangkan untuk membersihkan sel-sel kanker yang sudah tumbuh dan mencegah kanker yang sudah diobati agar tidak kambuh.

Vaksin kanker akan mengajarkan sel-sel kekebalan untuk mengenali ciri khas sel kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, ada tantangan besar yang dihadapi peneliti. Protein kanker yang menjadi target seringkali bervariasi pada tiap pasien. Ini berarti tiap vaksin kanker harus diformulasikan secara khusus.

Walaupun vaksin ini bisa dibuat secara personal, ini akan memakan waktu panjang, dan kanker pasien mungkin akan mengalami mutasi lebih dulu.

"Butuh waktu berbulan-bulan dari saat sampel pasien diambil hingga terapi personalnya tersedia," kata peneliti sekaligus ahli onkologi anak di University of Florida Health, Dr Elias Sayour, dikutip dari Live Science, Jumat (1/8/2025).

Dalam jurnal Nature Biomedical Engineering, vaksin eksperimental ini menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). mRNA berfungsi sebagai cetak biru yang digunakan sel untuk membuat protein baru.

Eksperimen ini menunjukkan sinyal interferon tipe-I memainkan peran penting dalam mendukung efektivitas terapi kanker yang umum digunakan, yaitu immune checkpoint inhibitors. Terapi tersebut bekerja dengan mengaktifkan kembali sel imun agar dapat menyerang kanker.

Namun, banyak jenis kanker mampu mematikan sinyal ini, sehingga menghambat respons imun yang seharusnya muncul.

Vaksin mRNA eksperimental yang dikembangkan berfungsi sebagai 'reset' sistem kekebalan. Ia bekerja dengan cara membangkitkan kembali sinyal interferon dan memicu respons imun terhadap tumor.

Ketika diuji bersama checkpoint inhibitor pada tikus dengan melanoma (sejenis kanker kulit) yang kebal terhadap pengobatan, kombinasi ini terbukti lebih efektif dibandingkan penggunaan checkpoint inhibitor saja. Bahkan, saat digunakan secara mandiri pada jenis kanker lain seperti glioma (kanker otak) dan osteosarkoma paru (kanker tulang yang menyebar ke paru), vaksin ini tetap menunjukkan efek anti-kanker yang menjanjikan.

"Saya pribadi yakin ini bisa digunakan untuk semua jenis kanker. Saya percaya ini adalah paradigma universal yang bisa diterapkan untuk mengobati kanker," kata Sayour.

Penelitian lebih lanjut pada manusia akan dilakukan untuk melihat efektivitasnya. Menurut ahli, perlu dipastikan vaksin menghasilkan respons imun yang bermanfaat tanpa memicu peradangan yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

Uji coba manusia tahap awal mulai dilakukan menggunakan strategi two-hit approach. Metode ini dilakukan dengan pemberian vaksin kanker yang siap pakai, lalu diikuti dengan vaksin kanker yang sudah dipersonalisasi.

Diharapkan, cara ini bisa menghemat waktu pembuat vaksin personal pada pasien kanker. Uji coba ini dilakukan pada pasien yang memiliki dua jenis kanker kambuhan, glioma tingkat tinggi pada anak-anak atau osteosarkoma.

"Pendekatan ini menghemat waktu berharga yang dibutuhkan untuk membuat vaksin personal dan bisa menghasilkan imunitas cepat yang kemudian dapat diperkuat oleh terapi personal," tandasnya.

(avk/kna)


Read Entire Article