
Tahun 2025 ini, Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menerjunkan 20 instruktur gamelan ke sanggar-sanggar seni warga penerima hibah gamelan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebelum diberangkatkan, para instruktur tersebut mengikuti Workshop Instruktur Gamelan pada Senin (19/5) hingga Jumat (23/5) di Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni Budaya Yogyakarta, Bantul.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, salam sambutannya, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mengenalkan kebudayaan Yogyakarta secara lebih luas.
“Kita ingin gamelan gagrak Jogjakarta bisa berkumandang di seluruh DIY,” kata Dian.

Para pelatih yang diterjunkan merupakan lulusan AKN Seni Budaya Yogyakarta dan telah melalui proses seleksi. Program ini sudah berlangsung sejak tahun 2022 dan kini memasuki tahun keempat. Sejak 2022, sudah ada 56 lulusan AKN Seni Budaya Yogyakarta yang menjadi instruktur.
“Meski ada efisiensi di tahun 2025, kami mencoba mempertahankan penerima,” ujarnya.
Dinas Kebudayaan DIY menyatakan bahwa pelaksanaan pelatihan gamelan masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain terkait kehadiran peserta pelatihan di komunitas.
“2024 ini hanya 50 persen instruktur yang berhasil menuntaskan tugas pelatihan sebanyak 20 kali. Lalu ketidakhadiran warga ini menjadi laporan tantangan nomor satu. Jadi instrukturnya sudah siap, komunitasnya tidak hadir atau bahkan berganti-ganti sehingga pelajarannya harus diulang,” paparnya.
Ia juga menyampaikan bahwa terdapat beberapa sanggar yang tetap melanjutkan pelatihan secara mandiri dan mampu menampilkan hasilnya dalam kegiatan budaya.
“Ada beberapa sanggar yang kemudian melanjutkan pelatihannya, mungkin cocok dengan instrukturnya. Penerima hibah ini kemudian melaporkan mereka sudah mampu menampilkan hasil latihan dalam berbagai acara seperti pas Hari HUT Kemerdekaan Indonesia ataupun upacara tradisi di desa mereka,” ujar Dian.

Di kesempatan yang sama, Anggota Komisi D DPRD DIY, Tustiyani, mengatakan sangat mengapresiasi Workshop Instruktur Gamelan di Akademi Komunitas Negeri (AKN) Yogya ini. Meskipun ada efisiensi namun hibah gamelan di DIY akan terus jalan.
"Karena dari DPRD DIY sendiri kan tiap tahun sudah dianggarkan ada hibah 60 gamelan dengan asumsi 1 dewan 1 gamelan. Dan memang kalkulasi dari permintaan masyarakat jumlah itu sangat kurang," katanya kepada Pandangan Jogja.
Evaluasi, Tantangan, dan Dampak Nyata

Ditemui di sela Workshop, Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi Disbud DIY, Vishnu Satyagraha menjelaskan bahwa sebanyak 20 peserta workshop merupakan lulusan AKN SB Yogyakarta yang telah diseleksi secara ketat untuk diterjunkan ke berbagai sanggar. Mereka akan menjadi ujung tombak dalam proses transfer ilmu dan pendampingan pelatihan gamelan selama beberapa bulan ke depan.
"Program pengiriman instruktur ini telah dilaksanakan sebanyak empat kali sejak tahun 2022. Evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan dampak yang positif," katanya.
Beberapa sanggar bahkan, dikatakan Vishnu, secara mandiri meminta perpanjangan masa pendampingan dengan biaya sendiri. Banyak sanggar berhasil menampilkan hasil latihannya dalam berbagai even lokal seperti peringatan kemerdekaan RI dan Merti Dusun.
Instruktur juga menunjukkan komitmen pelaporan yang baik, menjadikan program ini sebagai salah satu best practice dalam fasilitasi hibah alat kesenian.
"Atas dasar evaluasi tersebut, fasilitasi ini diprioritaskan tetap berjalan di tengah momentum efisiensi anggaran," jelas Vishnu.
Meski hasilnya positif, masih terdapat tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan jumlah personil sanggar dalam memainkan alat tertentu seperti bedug dan bonang panambung, serta masalah disiplin dan kontinuitas kehadiran peserta yang berdampak pada kelancaran pembelajaran.
Adapun untuk tingkat kehadiran peserta tercatat rata-rata 74% pada 2024, sedikit menurun dari tahun sebelumnya, dengan kelancaran proses latihan berada pada angka 77%.
"Selain itu, faktor non-teknis seperti semangat dan kedisiplinan peserta menjadi hambatan yang berulang. Oleh karena itu, para instruktur didorong tidak hanya menjadi pengajar teknis, tetapi juga menjadi fasilitator motivasi dan budaya belajar kolektif di komunitas," papar Vishnu.